IPAL KOMUNAL

Pencemaran Air Adalah Masuknya Makhluk Hidup, Zat Energi Atau Komponen Lain Ke Dalam Air Oleh Kegiatan Manusia Sehingga Kualitas Air Turun Sampai Ketingkat Tertentu Yang Menyebabkan Air Tidak Dapat Berfungsi Sesuai Peruntukkannya. Air Yang Menyimpang Dari Keadaan Normalnya Disebut Air Tercemar, Ukuran Air Bersih Dan Tidak Tercemar Tidak Hanya Ditentukan Oleh Kemurnian Air. Biasanya Air Tercemar Akan Berubah, Baik Dari Segi Warna, Bau, Dan Lainnya. Sementara Bahan Pencemar Dan Perubahan Karakteristiknya Dalam Air Atau Badan Air Akan Dipengaruhi Oleh Beberapa Keadaan. Perilaku Pencemar Dalam Sistem Perairan Dipengaruhi Oleh Keseimbangan Kelarutan Dimana Suatu Zat Kimia Bercampur Dengan Suatu Cairan Membentuk Sebuah Sistem Yang Homogen. Badan Air Yang Tercemar Ditandai Dengan Warna Gelap, Berbau, Menimbulkan Gas, Mengandung Bahan Organik Tinggi, Kadar Oksigen Terlarut Rendah, Matinya Kehidupan Di Dalam Air Umumnya Ikan Dan Air Tidak Lagi Dapat Dipergunakan Sebagai Bahan Baku Air Minum.

Air Limbah Berperan Dalam Kehidupan Karena Selain Mengandung Air Juga Didalamnya Terdapat Zat-Zat Organik, Yang Mungkin Diperlukan Pada Batas­batas Tertentu. Oleh Sebab Itu Ada Dua Peranan Air Limbah Yaitu Peranan Positif Apabila Air Limbah Dengan Kualitas Yang Dikandung Sesuai Bagi Peruntukkannya Antara Lain Untuk Irigasi, Perikanan, Perkebunan, Perindustrian, Rumah Tangga, Rekreasi Dan Lain-Lain. Adapun Peranan Negatif Bila Air Limbah Dianggap Tidak Berguna Bagi Kehidupan Dan Berpengaruh Terhadap Manusia Dan Lingkungan Yaitu Bila Limbah Cair Tidak Sesuai Dengan Baku Mutu Limbah Cair. Oleh Karenanya Mereka Membuang Begitu Saja Tanpa Mempertimbangkan Segi Negatif Yang Mungkin Timbul Terhadap Sumber Alam Yang Berguna Bagi Kehidupan. Maksud Pembuangan Air Limbah Yang Saniter Adalah Untuk Mengurangi Pengaruh Buruk Air Limbah Terhadap Kesehatan Manusia Dan Lingkungan.

Bahan Buangan Air Limbah Yang Berasal Dari Kegiatan Industri Adalah Penyebab Utama Terjadinya Pencemaran Air, Komponen Pencemaran Air Terdiri Dari :

1. Bahan Buangan
Organik Bahan Buangan Organik Pada Umumnya Berupa Limbah Yang Dapat Membusuk Atau Terdegradasi Oleh Mikroorganisme, Oleh Karena Itu Bahan Ini Seharusnya Tidak Dibuang Ke Lingkungan, Karena Akan Dapat Menaikkan Populasi Mikroorganisme Di Dalam Air.

2. Bahan Buangan Anorganik
Bahan Buangan Anorganik Pada Umumnya Berupa Limbah Yang Tidak Dapat Membusuk Dan Sulit Didegradasi Oleh Mikroorganisme. Apabila Bahan Buangan Anorganik Ini Masuk Ke Air Lingkungan Maka Akan Terjadi Peningkatan Ion Logam Di Dalam Air, Seperti Unsur Logam Timbal (Pb),Arsen (As), Kadmium (Cd), Air Raksa (Hg), Kroom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) Yang Banyak Digunakan Oleh Industri Elektronik, Elektroplating Dan Industri Kimia Serta Fenol, Formaldehid Pada Industri Lem Dan Kayu Lapis.

3. Bahan Olahan Makanan
Air Lingkungan Yang Mengandung Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan Akan Mengandung Banyak Mikroorganisme, Termasuk Pula Di Dalamnya Bakteri Pathogen, Pembuangan Limbah Yang Berasal Dari Industri Pengolahan Bahan Makanan Perlu Mendapat Perhatian Agar Bakteri Pathogen Yang Berbahaya Bagi Manusia Tidak Berkembang Biak Di Dalam Lingkungan.

 4. Bahan Cairan Berminyak
Lapisan Minyak Di Permukaan Air Akan Mengganggu Kehidupan Mikroorganisme Di Dalam Air Hal Ini Disebabkan Oleh Lapisan Minyak Di Permukaan Air Akan Menghalangi Proses Difusi Oksigen Dari Udara Ke Air, Menghalangi Masuknya Sinar Matahari Sehingga Fotosintesis Oleh Tanaman Tidak Dapat Berlangsung Dan Di Dalam Lapisan Minyak Terdapat Zat-Zat Yang Beracun Seperti Benzen Dan Toluene.

Dalam Rangka Mendukung Upaya Pencapaian Salah Satu Target Millennium Development Goals Pada Tahun 2015, Yaitu Menurunkan Sebesar 50% Dari Jumlah Penduduk  Yang Belum Memiliki Akses Air Minum Dan Sanitasi Dasar Juga Penyehatan Lingkungan. Pemerintah Dalam Hal Ini Kementerian Pekerjaan Umum Melalui Dirjen Cipta Karya Mendorong Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Yang Merupakan Kegiatan Pendukung Percepatan Pencapaian MDG’s.

Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Merupakan Salah Satu Komponen Program Urban Sanitation And Rural Infrastructure (USRI) Yang Diselenggarakan Sebagai Salah Satu Program Pendukung PNPM Mandiri. Dalam Penyelenggaraannya, Kegiatan Ini Menekankan Pada Keterlibatan Masyarakat Secara Utuh Dalam Hal Peningkatan Kualitas Prasarana Dan Sarana Sanitasi Di Perkotaan.

Air Limbah Berupa Black Water Yang Berisi Kotoran Akan Berakhir Di Septic Tank. Walaupun Jarang Kita Sadari, Peran Septic Tank  Sangat Penting Dalam Keberlangsungan Aktivitas Di Rumah. Beberapa Masalah Yang Cukup Mengganggu Seputar Kamar Mandi Dan WC Yang Akan Kita Gunakan Setiap Harinya Sering Timbul Dari Septic Tank. Untuk Itu, Septic Tank Haruslah Dipilih Dengan Cermat Sesuai Dengan Kebutuhan Rumah Anda.

IPAL Komunal Berbasis Masyarakat adalah sistem pengolahan air limbah yang dikelola dan dioperasikan oleh masyarakat secara bersama-sama, biasanya untuk kebutuhan sanitasi di lingkungan perumahan, perkampungan, atau pemukiman yang tidak terhubung dengan sistem pengolahan limbah sentral (seperti sistem pembuangan limbah kota). Sistem ini bertujuan untuk memberikan solusi sanitasi yang efisien dan berkelanjutan, dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

Secara umum, IPAL komunal berbasis masyarakat merupakan adaptasi dari konsep IPAL yang lebih besar dan lebih kompleks, yang disesuaikan dengan skala kecil, seperti pemukiman atau desa, dengan pendekatan yang mengutamakan keterlibatan langsung masyarakat dalam setiap aspek operasionalnya.

Komponen dan Prinsip Dasar IPAL Komunal Berbasis Masyarakat:

  1. Pengolahan Limbah di Tingkat Komunitas:
    • Berbeda dengan IPAL domestik yang mengolah limbah dari satu rumah tangga, IPAL komunal mengumpulkan limbah dari beberapa rumah atau satu komunitas, kemudian diproses bersama dalam satu instalasi pengolahan yang lebih besar namun tetap berada dalam jangkauan komunitas tersebut.
  2. Partisipasi Masyarakat:
    • IPAL komunal mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sistem. Masyarakat terlibat dalam berbagai aspek, mulai dari perencanaan, pemasangan, pemeliharaan, hingga pengawasan operasional. Dengan demikian, pengelolaan IPAL menjadi tanggung jawab bersama.
  3. Teknologi Pengolahan yang Sesuai:
    • Sistem yang digunakan dapat bervariasi, tergantung pada kondisi lokal dan sumber daya yang tersedia. Beberapa teknologi yang umum digunakan antara lain:
      • Septic Tank Komunal: Menampung limbah dari beberapa rumah dan kemudian mengolahnya dengan proses anaerobik atau aerobik.
      • Constructed Wetlands (Tanaman Pengolah Limbah): Sistem yang menggunakan tanaman untuk menyaring dan menguraikan limbah cair.
      • Biofilter atau Media Filter: Menggunakan bahan alami seperti kerikil, pasir, atau biofilm untuk mengolah limbah cair menjadi lebih bersih.
      • Sistem Aerasi atau Reaktor Biologis: Untuk meningkatkan efisiensi penguraian limbah dengan bantuan mikroorganisme.
  4. Sistem Resapan atau Pembuangan Limbah:
    • Setelah melalui proses pengolahan, air limbah yang sudah terurai biasanya akan disalurkan ke saluran resapan tanah (untuk menyerap ke dalam tanah) atau dibuang ke sungai, saluran drainase, atau saluran pembuangan lainnya. Pada beberapa sistem, limbah cair juga bisa diproses lebih lanjut dan digunakan kembali untuk irigasi atau keperluan lain yang tidak memerlukan air bersih.

Kelebihan IPAL Komunal Berbasis Masyarakat:

  1. Efisiensi Biaya:
    • Karena sistem ini dikelola bersama oleh masyarakat, biaya pembangunan dan operasionalnya dapat lebih murah dibandingkan dengan sistem pengolahan limbah individual (domestik). Biaya perawatan dan pemeliharaan juga dapat dibagi di antara anggota masyarakat, sehingga lebih terjangkau.
  2. Pemberdayaan Masyarakat:
    • Melalui keterlibatan langsung dalam pengelolaan dan pemeliharaan sistem, masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sanitasi. Ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah yang bersih dan berkelanjutan.
  3. Peningkatan Kualitas Sanitasi dan Kesehatan:
    • IPAL komunal yang berfungsi dengan baik dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan risiko penyebaran penyakit yang berasal dari limbah rumah tangga yang tidak terolah dengan benar. Dengan mengelola limbah secara bersama-sama, kualitas sanitasi dan kesehatan masyarakat akan meningkat.
  4. Solusi untuk Wilayah dengan Infrastruktur Terbatas:
    • Di daerah yang belum memiliki sistem pengolahan limbah sentral, IPAL komunal berbasis masyarakat dapat menjadi solusi yang sangat berguna, terutama di desa atau permukiman dengan kepadatan penduduk rendah hingga sedang.
  5. Peningkatan Keberlanjutan:
    • Dengan mengutamakan pendekatan berbasis masyarakat, sistem ini lebih berkelanjutan karena masyarakat memiliki rasa tanggung jawab dan keterlibatan langsung dalam pemeliharaan. Selain itu, banyak IPAL komunal yang menggunakan teknologi ramah lingkungan yang dapat mendukung prinsip keberlanjutan.

Kekurangan dan Tantangan:

  1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Keahlian:
    • Masyarakat mungkin tidak selalu memiliki keahlian teknis yang cukup untuk merancang, membangun, dan mengoperasikan IPAL komunal yang lebih kompleks. Oleh karena itu, diperlukan pendampingan dan pelatihan dari pihak yang berkompeten, seperti pemerintah atau lembaga non-pemerintah (NGO).
  2. Perawatan dan Pemeliharaan yang Memerlukan Komitmen:
    • Keberhasilan IPAL komunal sangat bergantung pada komitmen dan kerjasama jangka panjang dari masyarakat. Tanpa adanya manajemen yang baik dan pemeliharaan rutin, sistem pengolahan bisa mengalami kerusakan atau penurunan kinerja.
  3. Ketergantungan pada Dukungan Eksternal:
    • Dalam banyak kasus, IPAL komunal membutuhkan bantuan dari pemerintah atau organisasi lain dalam hal pendanaan, penyediaan peralatan, dan pelatihan. Tanpa dukungan eksternal, ada kemungkinan sistem tidak dapat berjalan secara optimal atau berkelanjutan.
  4. Pengelolaan Sumber Daya Air yang Terbatas:
    • Di beberapa daerah, tantangan terbesar adalah keterbatasan sumber daya air untuk mengoperasikan IPAL komunal secara efektif. Misalnya, jika proses pengolahan menggunakan banyak air atau ada masalah dalam sistem resapan tanah, ini dapat mempengaruhi efektivitas sistem tersebut.
  5. Kebutuhan Infrastruktur dan Ruang yang Memadai:
    • Meskipun IPAL komunal lebih efisien daripada sistem individual, sistem ini tetap memerlukan ruang dan infrastruktur yang memadai untuk pemasangan dan operasionalnya. Keterbatasan lahan atau masalah tata ruang dapat menjadi hambatan, terutama di daerah padat penduduk.

Contoh Keberhasilan IPAL Komunal Berbasis Masyarakat:

  • Desa atau Perkampungan di Indonesia: Di beberapa daerah Indonesia, seperti di pedesaan atau kawasan yang belum terjangkau sistem sanitasi sentral, proyek IPAL komunal berbasis masyarakat telah berhasil diimplementasikan dengan dukungan pemerintah atau organisasi non-pemerintah (NGO). Contohnya, di daerah dengan program Sanimas (Sanitasi Mandiri Berbasis Masyarakat), masyarakat terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan sistem IPAL komunal untuk meningkatkan kualitas sanitasi di lingkungan mereka.
  • Proyek Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kota-Kota Besar: Beberapa komunitas di kota-kota besar Indonesia juga telah mengembangkan IPAL komunal untuk mengelola limbah rumah tangga secara lebih efektif, seperti di daerah padat penduduk yang sulit dijangkau oleh sistem pembuangan limbah perkotaan.

Kesimpulan:

IPAL Komunal Berbasis Masyarakat adalah solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk pengelolaan air limbah di tingkat komunitas, dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas sanitasi dan kesehatan, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka. Namun, keberhasilan IPAL komunal sangat bergantung pada komitmen masyarakat, dukungan eksternal, serta manajemen yang efektif dalam jangka panjang.

085334300300

Call Me For Best Price