Usaha Laundry Merupakan Kegiatan Usaha Jasa Yang Banyak Menghasilkan Limbah Cair. Pembuangan Limbah Yang Berasal Dari Kegiatan Usaha Laundry Masih Dibuang Ke Lingkungan Tanpa Ada Pengolahan. Limbah Laundry Mengandung Senyawa Aktif Metilen Biru (Surfaktan) Yang Sulit Terdegradasi Dan Berbahaya Bagi Kesehatan Maupun Lingkungan.
Pemerintah Telah Mengeluarkan Berbagai Peraturan Yang Berhubungan Dengan Masalah Lingkungan Hidup, Diantaranya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya Dan Beracun (B3). Peraturan Pemerintah Juga Mengatur Antara Lain Limbah Yang Dihasilkan Oleh Suatu Kegiatan (Misal : Industri) Yang Dibuang Ke Lingkungan (Udara Dan Perairan) Harus Sesuai Dengan Baku Mutu Lingkungan Baik Itu Baku Mutu Untuk Udara.
Maksud Dan Tujuan Peraturan Pemerintah Adalah Sebagai Upaya Pencegahan Agar Daya Dukung Lingkungan Dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Kelangsungan Hidup Manusia Dapat Dipertahankan. Biaya Yang Dikeluarkan Dari Pada Untuk Pengobatan Atau Pemulihan Kesehatan Lebih Baik Untuk Menjaga, Memelihara Dan Melestarikan Lingkungan Agar Manusia Dapat Tetap Produktif Dan Dapat Menikmati Hidupnya.
Detergen Merupakan Suatu Senyawa Sintetis Zat Aktif Muka (Surface Active Agent) Yang Dipakai Sebagai Zat Pencuci Yang Baik Untuk Keperluan Rumah Tangga, Industri Tekstil, Kosmetik, Obat-obatan, Logam, Kertas, Dan Karet. Detergen Memiliki Sifat Pendispersi, Pencucian Dan Pengemulsi. Penyusun Utama Senyawa Ini Adalah Dodecyl Benzena Sulfonat (DBS) Yang Memiliki Kemampuan Untuk Menghasilkan Busa.
Limbah Laundry Yang Dihasilkan Oleh Detergen Mengandung Pospat Yang Tinggi. Pospat Ini Berasal Dari Sodium Tripolyphospate (STPP) Yang Merupakan Salah Satu Bahan Yang Kadarnya Besar Dalam Detergen (Hera, 2003). Dalam Detergen, STPP Ini Berfungsi Sebagai Builder Yang Merupakan Unsur Terpenting Kedua Setelah Surfaktan Karena Kemampuannya Menonaktifkan Mineral Kesadahan Dalam Air Sehingga Detergen Dapat Bekerja Secara Optimal. STPP Ini Akan Terhidrolisa Menjadi PO4 dan P2O7 Yang Selanjutnya Juga Terhidrolisa Menjasi PO4
Parameter | Kondisi Limbah Laundry | Konsentrasi Batas Pada Emisi air |
Temperatur (oC) | 62 | 30 |
pH | 9.6 | 6.5-9 |
Suspended Substances (mg/L) | 35 | 80 |
Sediment Substances (mg/L) | 2 | 0.5 |
Cl2 (Mg/L) | 0.1 | 0.2 |
Total Nitrogen (mg/L) | 2.75 | 10 |
Nitrogen Ammonia (Mg/L) | 2.45 | 5 |
Total Pospat (Mg/L) | 9.9 | 1 |
COD (Mg O2/L) | 280 | 200 |
BOD5 (Mg O2/L) | 195 | 30 |
Mineral Oil (Mg/L) | 4.8 | 10 |
AOX (Mg/L) | 0.12 | 0.5 |
Anionic Surfactant (Mg/L) | 10.1 | 1 |
Penjelasan Untuk Tiap Parameter Yang Dianalisis Adalah Sebagai Berikut
BOD
BOD Atau Biochemical Oxygen Demand Adalah Suatu Karakteristik Yang Menunjukkan Jumlah Oksigen Terlarut Yang Diperlukan Oleh Mikroorganisme (Biasanya Bakteri) Untuk Mengurai Atau Mendekomposisi Bahan Organik Dalam Kondisi Aerobik, Bahan Organik Yang Terdekomposisi Dalam BOD Adalah Bahan Organik Yang Siap Terdekomposisi. BOD Sebagai Suatu Ukuran Jumlah Oksigen Yang Digunakan Oleh Populasi Mikroba Yang Terkandung Dalam Perairan Sebagai Respon Terhadap Masuknya Bahan Organik Yang Dapat Diurai.
COD
COD Adalah Jumlah Oksigen (mg O2) Yang Dibutuhkan Untuk Mengoksidasi Zat-Zat Organik Yang Ada Dalam 1 Liter Sampel Air, Dimana Pengoksidasi K2,Cr2,O7 Digunakan Sebagai Sumber Oksigen (Oxidizing Agent). Dengan Kata Lain COD Merupakan Jumlah Oksigen Terlarut Yang Digunakan Untuk Mengurai Bahan Organik Yang Terkandung Dalam Perairan. COD Dan BOD Berperan Dalam Penentuan Kualitas Suatu Perairan, Apakah Perairan Tersebut Tercemar Atau Tidak. Selain Itu, Oksigen Terlarut Berperan Dalam Proses Oksidasi Dan Reduksi Bahan Organik Dan Anorganik Apabila Nilai Dari COD Dan BOD Tersebut Masih Dibawah Baku Mutu Yang Diperbolehkan Untuk Ada Diperairan, Sedangkan Apabila Nilai COD Dan BOD Diatas Baku Mutu Maka Hal Tersebut Akan Menimbulkan Pencemaran Pada Perairan, Dampak Lebih Lanjutnya Adalah Mengakibatkan Kerusakan Ekosistem Pada Perairan Tersebut.
TSS
Secara Garis Besar TSS Adalah Kandungan Padatan Dalam Air Yang Mempunyai Ukuran Sangat Kecil Dan Tidak Dilihat Dengan Kasat Mata. Kandungan TSS Biasanya Berupa Logam, Sehingga Dengan Adanya TSS Dalam Keadaan Yang Tinggi Maka Kekeruhan Akan Semakin Meningkat Dan Kualitas Air Limbah Semakin Menurun.
pH
pH Adalah Derajat Keasaman Yang Digunakan Untuk Menyatakan Tingkat Keasaman Atau Kebasaan Yang Dimiliki Oleh Suatu Larutan. Derajat Keasaman Atau pH Merupakan Suatu Indeks Kadar Ion Hidrogen (H+) Yang Mencirikan Keseimbangan Asam Dan Basa. Derajat Keasaman Suatu Perairan, Baik Tumbuhan Maupun Hewan Sehingga Sering Dipakai Sebagai Petunjuk Untuk Menyatakan Baik Atau Buruknya Suatu Perairan. Nilai pH Juga Merupakan Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Perairan. Nilai pH Pada Suatu Perairan Mempunyai Pengaruh Yang Besar Terhadap Organisme Perairan Sehingga Seringkali Dijadikan Petunjuk Untuk Menyatakan Baik Buruknya Suatu Perairan. Air Murni Bersifat Netral, Dengan pH-nya Pada Suhu 25 °C Ditetapkan Sebagai 7,0. Larutan Dengan pH Kurang Daripada Tujuh Disebut Bersifat Asam, Dan Larutan Dengan pH Lebih Dari Pada Tujuh Dikatakan Bersifat Basa Atau Alkali.
Jenis-Jenis Pengolahan Air Limbah
Pengelolaan Limbah Adalah Kegiatan Terpadu Yang Meliputi Kegiatan Pengurangan (minimization), Segregasi (Segregation), Penanganan (Handling), Pemanfaatan Dan Pengolahan Limbah. Pengolahan Air Limbah Biasanya Menerapkan 3 Tahapan Proses Yaitu Pengolahan Pendahuluan (Pre-Treatment), Pengolahan Utama (Primary Treatment), Dan Pengolahan Akhir (Post Treatment). Pengolahan Pendahuluan Ditujukan Untuk Mengkondisikan Aliran, Beban Limbah Dan Karakter Lainnya Agar Sesuai Untuk Masuk Ke Pengolahan Utama. Pengolahan Utama Adalah Proses Yang Dipilih Untuk Menurunkan Pencemar Utama Dalam Air Limbah. Selanjutnya Pada Pengolahan Akhir Dilakukan Proses Lanjutan Untuk Mengolah Limbah Agar Sesuai Dengan Baku Mutu Yang Ditetapkan. Jika Hasil Limbah Yang Dikeluarkan Oleh Industri-Industri Tidak Mengalami Proses Pengolahan Terlebih Dahulu Maka Akan Menyebabkan Kerugian-Kerugian Yang Akan Dialami Oleh Masyarakat-Masyarakat Yang Tinggal Didekat Pembuangan Limbah Industri Tersebut.
Pengolahan Air Limbah Secara Fisik Merupakan Pengolahan Awal (Primary Treatment) Air Limbah Sebelum Dilakukan Pengolahan Lanjutan, Pengolahan Secara Fisik Bertujuan Untuk Menyisihkan Padatan-Padatan Berukuran Besar Seperti Plastik, Kertas, Kayu, Pasir, Koral, Minyak, Oli, Lemak, Dan Sebagainya. Pengolahan Air Limbah Secara Fisik Dimaksudkan Untuk Melindungi Peralatan-Peralatan Seperti Pompa, Perpipaan Dan Proses Pengolahan Selanjutnya. Beberapa Unit Operasi Yang Diaplikasikan Pada Proses Pengolahan Air Limbah Secara Fisik Diantaranya: Penyaringan (Screening), Pemecahan/Grinding (Comminution), Penyeragaman (Equalization), Pengendapan (Sedimentation), Penyaringan (Filitration), Pengapungan (Floatation).
- Screening
Screening Merupakan Unit Operasi Yang Diaplikasikan Pada Awal Pengolahan Air Limbah. Tujuan Dari Screening Ini Adalah Untuk Pemisahan Material Berukuran Besar Seperti Kertas, Plastik, Kayu, Kulit Udang, Sisik Ikan, Dan Sebagainya.
- Pemecah/Grinding (Comminution)
Pada Umumnya Unit Operasi Ini Dipergunakan Untuk Memecah Padatan Yang Tertahan Pada Screen Dan Padatan Ini Dapat Dikembalikan Ke Dalam Aliran Air Limbah Atau Dibuang.
- Pemisahan Pasir (Grit Chamber)
Pemisahan Padatan Seperti Pasir Dalam Air Limbah Dapat Dilakukan Dengan Unit Operasi Grit Chamber.
- Penyeragaman (Equalization)
Equalisasi Berfungsi Untuk Penyeragaman Kondisi Air Limbah, Dan Pengendali Aliran, Dalam Equalisasi Dapat Dilakukan Proses Pengadukan Untuk Menjaga Homoginitas, Injeksi Udara Yang Bertujuan Agar Limbah Tidak Bersifat Septik Atau Anaerobik. Kemiringan Atau Slope Bak Equalisasi Pada Umumnya Mempergunakan Perbandingan 3 : 1 Atau 2 : 1. Pembangunan Bak Equalisasi Di Beberapa Industri Biasanya Dibangun Berbentuk Persegi Empat Panjang Atau Rectangular Dengan Ke Dalaman 1,5 – 2 m.
- Sedimentasi (Sedimentation)
Sedimentasi Merupakan Unit Operasi Yang Sering Dipergunakan Dalam Proses Pengolahan Air Atau Air Limbah Seperti Pemisahan Partikel Tersuspensi Pada Awal Proses Pengolahan Air Limbah, Proses Pemisahan Partikel Flok Pada Proses Pengolahan Air Limbah Secara Kimia, Dan Proses Pemisahan Mikroorganisme (Sludge) Pada Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologi.
6. Filtrasi ( Filtration )
Dalam Pengolahan Air Limbah Filtrasi Dioperasikan Untuk Pemisahan Partikel (Padatan) Pada Effluen (Pengeluaran). Pemisahan Padatan Dilakukan Dengan Menggunakan Media Yang Disebut Media Filter Merupakan Bahan Padat Seperti Pasir, Batu Bara, Kerikil dan Sebagainya Yang Tersusun Sedemikian Rupa, Padatan Yang Dipisahkan Tertahan Pada Permukaan Dan Sela-Sela (Porositas) Media Filter.
Pengolahan Air Limbah Secara Kimia Merupakan Pengolahan Air Limbah Dengan Penambahan Bahan Kimia (Padat, Cair, Dan Gas) Kedalam Air Limbah. Beberapa Proses Pengolahan Air Limbah Secara Kimia Seperti Netralisasi, Koagulasi/Flokulasi, Dan Gas Transfer, Setiap Proses Mempunyai Tujuan Tertentu.
Koagulasi Dan Flokulasi Merupakan Proses Pengolahan Air Dan Air Limbah Secara Kimia Yaitu Dengan Penambahan Bahan Kimia Kedalam Air Limbah. Air Limbah Pada Umumnya Mengandung Padatan Tersuspensi, Partikel Koloid (Berukuran < 1 Mikron), Bahan Terlarut (Berukuran < Nanometer). Padatan-Padatan Dalam Air Pada Umumnya Bermuatan Negatif Dan Padatan-Padatan Tersebut Sangat Sulit Dipisahkan Secara Fisik (Sedimentasi Dan Filtrasi Dengan Media Padat) Dan Dapat Dilakukan Secara Kimia Melalui Proses Koagulasi-Flokulasi. Koagulasi Merupakan Proses Destabilisasi Partikel, Sedangakan Flokulasi Merupakan Proses Penggabungan Partikel Yang Telah Mengalami Proses Destabilisasi, Mekanisme Destabilisasi Partikel Seperti Terlihat Dalam Gambar Berikut. Proses Destabilisasi Partikel Dilakukan Dengan Penambahan Bahan Kimia Yang Bermuatan Positif Yang Dapat Menyelimuti Permukaan Partikel Sehingga Partikel Tersebut Dapat Berikatan Dengan Partikel Lainnya. Partikel Yang Telah Berikatan Akan Mudah Untuk Dipisahkan Secara Fisik (Sedimentasi, Flotasi, Dan Filtrasi). Proses Flokulasi Dibutuhkan Untuk Penggabungan Partikel Dengan Mennggunakan Bahan Kimia Sehingga Mempercepat Waktu Pengendapan Partikel (Flok). Pada Proses Koagulasi (Destabilisasi) Dibutuhkan Bahan Kimia Yang Mampu Merubah Muatan Partikel, Perubahan Muatan Partikel Dapat Dilakukan Dengan Berbagai Bahan Kimia Tetapi Bahan Kimia Yang Bervalensi 3 (Trivalent) Sepuluh Kali Lebih Efektif Dibanding Dengan Bervalensi 2 (Divalent). Bahan Kimia Yang Sering Dipergunakan Dalam Proses Koagulasi Seperti Tercantum Dalam Tabel Berikut.
Tabel 2.7 Bahan Koagulan
Koagulan | Formula | Berat Molekul |
Aluminium Sulphate | Al2(SO4)3 .18 H2O | 666,7 |
Ferrous Sulphate | Fe (SO4). 7 H2O | 278,0 |
Lime | Ca(OH)2 | 56 Sebagai CaO |
Ferric Chloride | FeCl3 | 162,1 |
Ferric Sulphate | Fe2(SO4)3 | 400 |
Berbagai Parameter perancangan Sedimentasi Untuk Koagulasi Berdasarkan Jenis Koagulan Yang Dipergunakan Seperti Tercantum Dalam Tabel Berikut:
Jenis Koagulan | Laju Alir Limpahan
(Gallon/Hari-Ft2) |
Waktu Tinggal (Jam) |
Aluminium | 500 – 800 | 2 – 8 |
Besi | 700 – 1000 | 2 – 8 |
Kapur-Soda | 700 – 1500 | 4 – 8 |
Flokulasi Merupakan Suatu Peristiwa Penggabungan Partikel-Partikel Yang Telah Mengalami Proses Destabilisasi (Koagulasi) Dengan Penambahan Bahan Kimia (Flokulan) Sehingga Terbentuk Partikel Dengan Ukuran Lebih Besar (Macrofloc) Yang Mudah Untuk Diendapkan.
Tabel 2.9 Jenis Flokulan
Sumber Flokulan | Jenis Flokulan |
Flokulan Mineral | Silika Aktif |
Tanah Liat (Koloid) : Bentonit | |
Logam Hidroksida (Aluminium Dan Ferri Hidroksida) | |
Flokulan Organik | Turunan Pati (Pati Singkong, Dan Kentang) |
Polisakarida | |
Kitosan | |
Gelatin Dan Alginate | |
Flokulan Sintetis | Polyethylene-Imines (Cationic) |
Polyamides-Amines (Cationic) | |
Polyamines (Cationic) | |
Polyethylene-Oxide (Nonionic) | |
Komponen Karboksil Dan Sulfonate (Anionic) | |
Polyacrylamide (Nonionic) |
Dalam Proses Koagulasi-Floakulasi Ada Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Yaitu, Konsentrasi Padatan Yang Terkandung Dalam Limbah, Jenis Koagulan Yang Dipergunakan, Kecepatan Putaran Pengaduk, Kecepatan Aliran Air Limbah Masuk Dalam Tangki, Waktu Pengadukan, Jenis Padatan Yang Dihasilkan, Pengelolaan Flok Yang Dihasilkan.
- Gas Transfer (Injeksi Gas Kedalam Air Limbah)
Pada Pengolahan Air Limbah, Peristiwa Gas Transfer (Injeksi Gas Kedalam Air Limbah) Sering Terjadi Seperti :
- Injeksi Gas Chlor Kedalam Pengolahan Air Bertujuan Untuk Membunuh Bakteri
- Injeksi Gas Ozon Kedalam Pengolahan Air Limbah Bertujuan Untuk Proses Oksidasi
- Injeksi Udara Kedalam Pengolahan Air Limbah Bertujuan Untuk Proses Oksidasi, Menjaga Agar Air Limbah Tidak Berbau, Menjaga Kehidupan Mikroorganisme (Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologi). Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Injeksi Gas/Udara Kedalam Air Limbah:
- Kelarutan Gas/Udara Tersebut Didalam Air Limbah. Kelarutan Gas/Udara Didalam Air Limbah Sangat Penting Untuk Diketehui, Ini Berkaitan Dengan Perhitungan Berapa Laju Alir Gas/Udara Yang Diinjeksikan Kedalam Air Limbah. Penentuan Kelarutan Gas/Udara Sangat Tergantung Kepada Tekanan Dan Temperatur.
- Distribusi Gas/Udara Didalam Air Limbah. Pendistribusian Gas/Udara Didalam Air Limbah Bertujuan Agar Distribusi Gas/Udara Merata Pada Setiap Bagian Air Limbah, Sehingga Perlu Pengaturan Pemasangan Distributor Gas/Udara Yang Baik.
- Tekanan Cairan (Terkait Dengan Tinggi Cairan Diatas Distributor Gas/Udara). Pemasangan Distributor Gas/Udara Pada Bagian Bawah Air Limbah Akan Mendapatkan Tekanan Hidrostatik Dari Air Limbah Tersebut, Sehingga Ketinggian Air Limbah Diatas Distributor Perlu Diperhatikan Agar Gas/Udara Dapat Terdistribusi Didalam Air Limbah Dengan Baik.
- Ukuran Gelembung Gas/Udara Dalam Air Limbah. Ukuran Gelembung Gas/Udara Mempengaruhi Proses Kelarutan Gas/Udara, Semakin Kecil Ukuran Gelembung Gas/Udara Semakin Baik Proses Kelarutannya.
Sedangkan Pengolahan Limbah Secara Biologi Dilakukan Dengan Cara Memberikan Perlakuan Atau Proses Biologi Terhadap Air Limbah Seperti Penguraian Atau Penggabungan Substansi Biologi Dengan Lumpur Aktif (Activated Sludge), Attached Growth Filtration, Aerobic Process Dan An-Aerobic Process. Pengolahan Air Limbah Dengan Metode Pertumbuhan Tersuspensi (Suspended Growth) Umumnya Diaplikasikan Sebagai Proses Lumpur Aktif. Istilah Lumpur Aktif Ini Identik Dengan Mikroorganisme Aktif, Karena Mikroorganisme Yang Dipergunakan Dalam Pengolahan Air Limbah Jumlahnya Cukup Besar (Pekat) Dan Menyerupai Lumpur, Maka Diberi Istilah Lumpur Aktif. Langkah Operasional Lumpur Aktif Sebagai Berikut:
- Pembiakan Mikroorganisme, Pembiakan Mikroorganisme Dimaksudkan Untuk Menumbuhkan Mikroorganisme Yang Akan Diaplikasikan Pada Pengolahan Air Limbah. Pembiakan Mikroorganisme Dilakukan Dengan Memasukan Mikroorganisme Kedalam Tangki Aerasi (Aeration Tank), Mikroorganisme Dicampur Dengan Air Dan Injeksikan Oksigen/Udara Kedalam Tangki Aerasi, Disamping Injeksi Udara Pada Pembiakan Mikroorganisme Perlu Ditambahkan Nutrient Yang Dapat Dibuat Dengan Mempergunakan Campuran Gula Pasir Dan Pupuk NPK. Nutrient Harus Mempunyai Kandungan Ion C, H, O, N Dan S. Setelah Terjadi Pembiakan, Nutrient Diganti Dengan Mempergunakan Air Limbah Yang Akan Diolah, Diberikan Sedikit Demi Sedikit Hingga Tangki Aerasi Penuh. Proses Ini Juga Dikenal Proses Aklimatisasi.
- Air Limbah Yang Telah Terkondisi Sesuai Lingkungan Mikroorganisme (pH Normal Dan Temperatur Lingkungan Serta Kandungan Logam Berat Kecil) Dipompa Dialirkan Menuju Tangki Aerasi. Pada Tangki Aerasi Akan Terjadi Perombakan Bahan Organik Oleh Mikroorganisme, Laju Alir Air Limbah Yang Dipompa Diatur Sedemikian Rupa Sesuai Dengan Waktu Kontak (Waktu Tinggal) Yang Dibutuhkan.
- Air Limbah Yang Tercampur Dengan Mikroorganisme Pada Tangki Aerasi Akan Keluar Dari Tangki Aerasi Menuju Tangki Clarifier. Pada Tangki Clarifier Terjadi Pemisahan Antara Mikroorganisme Dengan Air Limbah Yang Sudah Diolah, Air Limbah Yang Sudah Terolah Akan Keluar (Over Flow) Dari Bagian Atas Clarifier, Sedangkan Mikroorganisme Keluar Dari Bagian Bawah.
- Mikroorganisme Yang Keluar Dari Bagian Bawah Clarifier, Sebagian Besar Dipompa Dan Dialirkan Kembali Ke Tangki Aerasi Untuk Proses Berikutnya, Dan Sebagian Kecil Dibuang. Pembuangan Mikroorganisme Dimaksudkan Untuk Mengendalikan Jumlah (Konsentrasi) Mikroorganisme Didalam Tangki Aerasi.
- Mikroorganisme Yang Terbuang Dari Clarifier Perlu Dilakukan Pengelolaan Lebih Lanjut Sehingga Tidak Mencemari Lingkungan. Proses Yang Umum Dipergunakan Untuk Pengelolaan Mikroorganisme Ini Adalah Dewatering (Pengurangan Kadar Air) Dan Pengeringan (Drying). Hasil Pengolahan Mikroorganimse Berupa Limbah Padat Yang Dikenal Dengan Biosolid.
Sedangkan Pengolahan Air Limbah Secara Anaerob Merupakan Pengolahan Air Limbah Dengan Mikroorganisme Tanpa Injeksi Udara/Oksigen Kedalam Proses Pengolahan. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Anaerob Bertujuan Untuk Merombak Bahan Organik Dalam Air Limbah Menjadi Bahan Yang Lebih Sederhana Yang Tidak Berbahaya. Disamping Itu Pada Proses Pengolahan Secara Biologi Anaerob Akan Dihasilkan Gas-Gas Seperti Gas CH4 Dan CO2. Proses Ini Dapat Diaplikasikan Untuk Air Limbah Organik Dengan Beban Bahan Organik (COD) Yang Tinggi. Pada Proses Pengolahan Secara Biologi Anaerob Terjadi Empat (4) Tahapan Proses Yang Terlibat Diantaranya :
- Proses Hydrolysis: Suatu Proses Yang Memecah Molekul Organic Komplek Menjadi Molekul Organic Yang Sederhana.
- Proses Acidogenisis: Suatu Proses Yang Merubah Molekul Organic Sederhana Menjadi Asam Lemak.
- Proses Acetogenisis: Suatu Proses Yang Merubah Asam Lemak Menjadi Asam Asetat Dan Terbentuk Gas-Gas Seperti Gas H2, CO2, NH4 Dan S.
- Proses Methanogenisis: Suatu Proses Yang Merubah Asam Asetat Dan Gas-Gas Yang Dihasilkan Pada Proses Acetogenisis Menjadi Gas Methane CH4 Dan CO
Pengolahan Limbah Dengan Proses Pengolahan Lanjutan (Ultimate Disposal) Bertujuan Untuk Mengolah Lumpur Sisa Dari Proses Pengolahan Limbah Cair. Pembuangan Lanjutan Dari Pengolahan Air Limbah Biasanya Dihasilkan Lumpur. Lumpur Tersebut Perlu Diolah Lebih Lanjut Untuk Menghilangkan Tingkat Polutannya Dan Kemudian Dapat Dimanfaatkan Atau Dibuang Ke Lingkungan. Beberapa Proses Pengolahan Lumpur Adalah Pemekatan, Penstabilan, Pengurangan Air, Dan Pengeringan.
- Proses Pemekatan (Thickening/Concentration)
Proses Pemekatan Pada Lumpur Bertujuan Untuk Mengurangi Volume Lumpur Yang Akan Diolah Dengan Pemadatan Atau Meningkatkan Kandungan Padatan.
- Penstabilan( Solidification/Stabilization)
Penstabilan Adalah Proses Pencampuran Limbah Dengan Bahan Tambahan (Aditif) Dengan Tujuan Menurunkan Laju Migrasi Bahan Pencemar Dari Limbah Serta Untuk Mengurangi Toksisitas Limbah Tersebut. Sedangkan Solidifikasi Didefinisikan Sebagai Proses Pemadatan Suatu Bahan Berbahaya Dengan Penambahan Aditif. Penstabilan Bertujuan Untuk Menstabilkan Senyawa Organik Dan Menghancurkan Patogen.
- Proses Pengeringan (Dewatering And Drying)
Dewatering Dan Drying Bertujuan Untuk Menghilangkan Atau Mengurangi Kandungan Air Dan Sekaligus Mengurangi Volume Lumpur. Proses Yang Terlibat Pada Tahapan Ini Umumnya Ialah Pengeringan Dan Filtrasi. Alat Yang Biasa Digunakan Adalah Drying Bed, Filter Press, Centrifuge, Vacuum Filter, Dan Belt Press.
- Proses Pembuangan Akhir (Disposal)
Disposal Ialah Proses Pembuangan Akhir Limbah B3. Beberapa Proses Yang Terjadi Sebelum Limbah B3 Dibuang Ialah Pyrolysis, Wet Air Oxidation, Dan Composting. Tempat Pembuangan Akhir Limbah B3 Umumnya Ialah Sanitary Landfill, Crop Land, Atau Injection Well.